Kamis, 09 April 2009

SBY Tidak Akan Mencabut Tunjangan Profesi Guru



Di Acara Silaturahim dengan 4.500 Pendidik

SURABAYA - Para pendidik penerima dan calon penerima tunjangan profesi guru boleh tersenyum. Di hadapan para guru se-Jawa Timur peserta program Untukmu Guruku 2009 tadi malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjamin tidak akan mencabut tunjangan profesi bagi para pendidik.

''Isu yang mengatakan bahwa tunjangan profesi guru akan dicabut sama sekali tidak benar,'' kata SBY disambut tepuk tangan sekitar 4.500 guru yang memadati gedung DBL Arena, Surabaya.

Dikemas dengan acara bertajuk ''Silaturahim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan 4.500 Guru'', hadirin adalah para peserta program Untukmu Guruku 2009 yang dihelat harian Jawa Pos sejak tiga bulan lalu. Tadi malam adalah puncak acaranya.

SBY dalam sambutannya menceritakan, gara-gara isu yang menyatakan tunjangan profesi guru dicabut, dia sampai menggelar rapat mendadak sebelum bertolak mengikuti KTT G-20 di London, Inggris. ''Pada 30 Maret lalu, satu jam sebelum terbang meninggalkan Jakarta menuju Inggris, saya memimpin rapat kecil di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma,'' kata SBY.

Hadir dalam rapat itu Menko Kesra Aburizal Bakrie, Mendiknas Bambang Sudibyo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan beberapa menteri yang lain. SBY menegaskan, tidak ada pembatalan tunjangan profesi guru. Bahkan, dia menjamin tunjangan tersebut tetap dicairkan secara konsisten, sejalan dengan penerimaan pendapatan.

Seperti diberitakan, kabar pencabutan tunjangan profesi itu muncul ketika ada Surat Menkeu No S- 145/MK05/2009 tertanggal 12 Maret yang menyatakan, jika sampai akhir Juni 2009 peraturan pemerintah (PP) dan peraturan presiden (perpres) mengenai tunjangan profesi guru dan dosen belum ditetapkan, pembayaran tunjangan profesi sementara dihentikan. Kemudian, tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok per bulan yang telanjur dibayarkan akan dipotong secara bertahap dari gaji guru sesuai ketentuan.

Kabar tersebut sempat meresahkan para guru. Misalnya, guru di Gunung Kidul, Jawa Tengah. Mereka bahkan sampai tak bisa berkonsentrasi mengajar begitu mendengar kabar tersebut (Jawa Pos, 31 Maret 2009). Beberapa hari kemudian pemerintah melalui Mendiknas Bambang Sudibyo menegaskan tidak akan mencabut tunjangan profesi guru. Artinya, tunjangan itu tetap akan dicairkan. Dan, tadi malam jaminan tidak akan mencabut tunjangan profesi guru disampailan langsung Presiden SBY di hadapan ribuan guru.

SBY menambahkan, pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Hal itu dilakukan sejak pertama dia mengemban amanah. Beberapa minggu setelah dilantik, Mendiknas Bambang Sudibyo mendatangi ruang kerja SBY. ''Intinya, membicarakan bagaimana menempatkan guru di tempat yang mulia,'' jelas SBY.

Selain itu, bagaimana kesejahteraan guru menjadi semakin baik. Karena itulah, muncul gagasan untuk menjadikan guru sebagai profesi sejak 2005. Bukan hanya itu, peraturan pemerintah tentang pendidikan, wajib belajar, dan semua aturan terus berlanjut untuk mendukung kebijakan tersebut.

''Saya ingin pemerintah konsisten. (Tunjangan profesi) Harus berlanjut. Jangan diubah-ubah, nanti membingungkan rakyat,'' kata SBY yang sepulang mengikuti KTT G-20 langsung ke Surabaya. Salah satu yang dilakukan adalah terus memperbaiki kesejahteraan agar terus meningkat.

Saat memberikan sambutan, SBY sempat berkelakar dengan menyinggung gajinya yang tidak pernah naik meski menjadi presiden menginjak tahun kelima. ''Ngomong-ngomong, gaji saya belum pernah naik. Tapi, tidak apa-apa. Yang penting gaji guru naik dulu. Biar semua untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Orang seperti saya nanti saja,'' kata SBY yang disambut tepuk tangan meriah para guru.

Menjelang akhir sambutannya, dia memberikan pesan dan harapan kepada guru-guru di Jawa Timur. Sesuai dengan singkatannya, lanjut SBY, guru adalah digugu (dipercaya, Red) dan ditiru. Menurut dia, jika omongan seorang guru dan nasihatnya diterima serta dijalankan, berarti telah menjadi guru yang baik.

Untuk bisa demikian, seorang guru harus memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik. ''Jika hal itu bisa dipraktikkan, watak dan pemahaman bangsa ini makin maju. Syaratnya, bisa digugu dan ditiru,'' ucapnya.

Bahkan, lanjut dia, lebih hebat lagi kalau guru bisa berinovasi dan mencetak prestasi. Menurut dia, itulah yang dinamakan guru plus. Yaitu, bisa digugu, ditiru, dan mencetak prestasi yang membanggakan. ''Dan, Jawa Pos telah melakukan itu,'' tambahnya.

SBY juga sempat memuji dan mengucapkan terima kasih kepada CEO Jawa Pos Dahlan Iskan. Sebab, Jawa Pos, kata SBY, telah berupaya memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan serta pengajaran termasuk kesejahteraan guru. ''Saya menilai, Jawa Pos pun terus melakukan kegiatan yang sangat penting ini,'' tambahnya.

Termasuk, lanjut ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu, upaya mendorong pemerintahan yang baik agar lebih cepat hadir di negeri ini. Yaitu, melalui Otonomi Awards. Menurut dia, jika pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga lokal baik, bersih, dan tidak korupsi, negara ini akan semakin maju dan sejahtera. ''Saya senang Jawa Pos Group karena peduli dengan pemerintahan yang baik,'' tandasnya.

Selain didampingi Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono dan putranya, Edy Baskoro Yudhoyono, SBY hadir di acara yang dimulai pukul 19.00 itu bersama sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Mereka, antara lain, Mensesneg Hatta Radjasa, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Mendiknas Bambang Sudibyo, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, dan Menkominfor M. Nuh. Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan istri juga hadir mendampingi presiden. (eko/sha)


Jawa Pos, 4 April 2009

0 komentar:

Posting Komentar

  ©Template by Arifin.